Tari Lima Serangkai |
Beberapa makna gerakan dalam Tari (Landek) Karo:
- Gerak tangan kiri naik, gerak tangan kanan ke bawah, melambangkan tengah rukur, maknanya adalah menimbang-nimbang sebelum berbuat.
- Gerakan tangan kanan ke atas, gerakan tangan kiri ke bawah melambangkan sisampat-sampaten, maknanya adalah saling tolong-menolong dan saling membantu.
- Gerakan tangan kiri ke kanan ke depan melambangkan ise pa la banci ndeher adi langa sioraten, artinya siapa pun tak boleh mendekat jika belum tahu hubungan kekerabatan, atau sama seperti istilah tak kenal maka tak sayang,
- Gerakan tangan memutar dan mengepal melambangkan perarihen enteguh, yaitu mengutamakan persatuan, kesatuan, dan musyawarah untuk mencapai mufakat,
- Gerakan tangan ke atas, melambangkan ise pe la banci ndeher, siapa pun tak bisa mendekat dan berbuat secara sembarangan,
- Gerak tangan sampai ke kepala dan membentuk posisi seperti burung merak, melambangkan beren rukur, yang maknanya adalah menimbang-nimbang sebelum memutuskan, pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna,
- Gerak tangan kanan dan kiri sampai di bahu melambangkan beban simberat ras simenahang ras ibaba, artinya mampu berbuat harus mampu pula menanggung akibatnya, atau berarti juga sebagai rasa sepenanggungan,
- Gerakan tangan di pinggang melambangkan penuh tanggung jawab, dan
- Gerakan tangan kiri dan tangan kanan ke tengah posisi badan berdiri melambangkan ise pe reh adi enggo ertutur ialo-alo alu mehuli, maknanya tanpa memandang bulu siapa pun manusianya apabila sudah berkenalan akan diterima dengan segala senang hati.
Pola-pola dasar Landek pada masyarakat Karo terbentuk atas 3 (tiga) unsur, yakni: endek (gerakan menekuk lutut), odak atau pengodak (gerakan langkah kaki), dan ole atau jemolah jemole (goyangan/ayunan badan). Unsur lainnya yang juga membentuk keindahan tari Karo adalah lempir tan (gemulai tangan), dan ncemet jari (lentik jari).
Endek
merupakan salah satu unsur penting dalam tari Karo. Endek dibentuk
dengan gerakan menekuk lutut kebawah dan kembali lagi keatas. Gerakan
itu mengakibatkan posisi tubuh bergerak keatas dan kebawah secara
vertikal. Gerakan endek itu harus disesuaikan dengan buku gendang (bunyi gung dan bunyi penganak dalam permainan musik Karo yang sedang mengiringi). Ketepatan posisi endek dalam kaitannya dengan buku gendang merupakan
sebuah keharusan untuk memperlihatkan keindahan dalam tari Karo, di
beberapa Landek penyesuaian itu bisa terlihat ketika gung dan penganak
berbunyi tubuh penari sudah atau sedang berada di posisi atas.
Odak atau pengodak adalah gerakan penari ketika melangkah maju dan mundur, maupun melangkah serong kekiri atau kekanan. Odak harus dimulai dengan gerakan kaki kanan, serta dilakukan pada saat gung (Gong) berbunyi. Dalam gerakan odak atau pengodak,
unsur endek seperti yang telah dijelaskan di atas harus tetap terlihat,
Maksudnya, ketika penari melakukan odak (melangkah), penari tersebut
tetap melakukan endek dalam upaya penyesuaian gerakan odak dengan musik.
Sementara itu, Ole atau jemolah jemole
merupakan gerakan goyangan atau ayunan badan kedepan dan ke belakang,
atau kesamping kiri dan kanan. Gerakan ole juga mengikuti bunyi gung dan
penganak.
Dari
penjelasan diatas, diketahui bahawa bunyi gung dan penganak merupakan
patokan dasar bagi seorang penari Karo untuk melakukan endek, odak,
maupun ole. Sedangkan, unsur-unsur lempir tan maupun ncemet jari merupakan unsur pendukung untuk memperindah tari. Lempir tan
diperlukan ketika akan membentuk pola gerak tertentu dari tari Karo,
misalnya ketika posisi kedua tangan diatas bahu. Sedangkan ncemet jari
diperlukan saat melakukan petik (gerakan tangan mengepal), dan pucuk
(jari diletakkan dimuka kening penari) terutama pada tari muda-mudi.
Dalam
tarian Karo, geseran kaki, goyang pinggang/pinggul, dan main mata tidak
diperbolehkan, kerana dianggap tidak sopan dan melanggar norma-norma
adat istiadat masyarakat Karo. Idealnya dalam menarikan tarian Karo,
gerakan kaki harus dilakukan dengan melangkah atau odak, gerakan
pinggang harus mengikuti ayunan badan atau ole, serta pandangan mata
penari hanya boleh mengarah diagonal kebawah, tertuju pada lutut
pasangan menarinya
Namun
belakangan ini, dalam budaya kontemporer Karo, terutama setelah
populernya lagu-lagu Karo versi baru, maka terciptalah beberapa tari
baru dengan peraturan tertentu, seperti Piso Surit, Tari Terang Bulan, Tari Mbuah Page,
dan lain-lain. Dengan demikian secara otomatis terjadi juga
perubahan-perubahan norma dalam budaya tari Karo dalam konteks global.
Seni tari
dan gerak merupakan gabungan antara seni rupa dan seni suara yang dapat
dinikmati oleh manusia melalui mata maupun telinga. Seni tari yang
berkembang di masyarakat Karo dilihat dari bentuk dan acara
penampilannya dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu:
1.Tari yang Berkaitan dengan Adat/ Komunal
Tari
yang berkaitan dengan adat adalah tari yang merupakan bagian dari suatu
upacara adat. Upacara yang dimaksud adalah upacara memasuki rumah baru,
pesta perkawinan, upacara kematian dan lain-lain. Tarian adat yang
bersifat komunal biasanya dilakukan oleh kelompok merga atau kelompok sangkep nggeluh, bersama-sama dengan kelompok sukut
(pemilik hajatan/tuan rumah), masing-masing kelompok menari dengan
posisi berhadap-hadapan. Bagi kelompok sukut tarian itu merupakan tarian
penyambutan atau penghormatan atas kehadiran tamu-tamu adat. Sedangkan
bagi kelompok tamu adat, tarian ini merupakan aktivitas pembuka sebelum
mereka menyampaikan kata-kata adat (berisikan pesan dan nasehat) kepada
keluarga yang memiliki hajatan.
2.Tari yang Berkaitan dengan Religi/Ritual
Tari yang berkaitan dengan ritual ini biasanya dibawakan oleh seorang Guru sibaso (dukun)
dalam upacara ritual. Tari yang dibawakan oleh Guru, disesuaikan dengan
keperluan atau jenis upacara yang dilaksanakan. Beberapa tari Karo yang
berkaitan dengan upacara ritual adalah; Tari tungkat (tari untuk mengusir roh-roh jahat), Tari njujung baka (tari yang menggunakan keranjang yang berisi sesaji untuk persembahan), Tari seluk (tarian kesurupan), dan lain sebagainya.Upacara yang berkaitan dengan ritual yang dilakonkan oleh Guru sibaso (dukun), adalah berdasarkan tuntunan ilmu atau roh penuntunnya. Kerana ketika seorang guru (dukun) memimpin upacara, biasanya beliau memanggil jinujung-nya
(junjungan-nya) untuk ‘masuk’ ke dalam dirinya. sehingga gerakan
tarinya tidak lagi memiliki struktur yang baku, berbeda dengan pola
gerak tari Karo pada umumnya. Tetapi secara umum gerakan yang khas pada
tarian ini adalah gerakan murjah-urjah (melompat dengan mengangkat kaki secara bergantian).
3.Tari Yang Berkaitan Dengan Hiburan
Tari
Karo yang sifatnya hiburan biasanya ditarikan oleh dua orang atau lebih
muda-mudi dengan cara berpasang-pasangan, diantaranya adalah: Tari pecat-pecat seberaya, Tari lima serangkai Tari piso surit, Tari roti manis,
dan lain sebagainya. Tari-tarian jenis ini pada umunya sudah memiliki
komposisi yang baku, dengan kata lain koreografinya telah tersusun
dengan tetap. Tari-tarian hiburan lain yang sangat digemari oleh masyarakat Karo, diantaranya adalah Ndikar (tari pencak silat), Adu Perkolong-kolong (tarian yang dibawakan oleh sepasang Perkolong-kolong dan melakukan aksi atau cerita lucu yang menghibur), serta Gundala-gundala (drama tari topeng Karo).Jenis-Jenis Tarian.
Tari erpangir ku lau |
Salam : Kesain Rumah Derpih