Penemuan Bahtera Nabi Nuh Oleh Tim Evangelis, Benarkah?

Munculnya klaim yang mengatakan kapal Nabi Nuh telah ditemukan di Gunung Ararat Turki dibantah oleh berbagai peneliti. Banyak website yang ramai membicarakan klaim bantera Nabi Nuh telah ditemukan di Gunung Ararat, Turki.
Penemu yang dipimpin oleh kelompok evangelis, mengatakan yakin 99,9% struktur kayu yang ditemukan di sisi gunung itu merupakan bagian dari kapal yang disebutkan dalam kitab suci. Kapal itu dikatakan yang menampung keluarga Nabi Nuh serta berbagai hewan selama kejadian banjir besar pada 4800 tahun lalu. Namun peneliti yang telah menghabiskan beberapa dekade untuk mempelajari daerah tersebut, membantah penemuan kapal Nabi Nuh itu.
“Anda harus mengeluarkannya dari konteks kitab suci,” ujar Paul Zimansky, arkeolog dan ahli sejarah di Srony Book University yang mengambil spesialisasi sekitar wilayah Timur, khususnya wilayah sekitar Ararat, dikenal dengan nama Urartu. Arkeolog lain, Peter Ian Kuniholm yang fokus dengan Turki selama beberapa dekade bahkan mengatakannya secara lebih langsung laporan penemuan ini adalah “tipuan”.
Zimansky menekankan berdasarkan Kitab Suci, Gunung Urartu (atau Ararat) sebagai tempat mendarat dari kapal tersebut, namun tidak disebutkan secara spesifik. Selama beberapa tahun, Gunung Ararat dengan tinggi 16.946 kaki serta memiliki formasi bebatuan Durupinar yang berbentuk mirip kapal telah menjadi tempat favorit bagi para pencari kapal Nuh ini.
Pihak lain mencari bukti kapal itu di wilayah kejadian banjir yaitu Laut Hitam, Turki, atau Iran. Laporan dari kemunculan bahtera Nabi Nuh ini setidaknya hadir setiap 2 tahun, serta tidak selalu berada di tempat yang sama. Laporan terakhir yang diumumkan kemarin menyangkut lanjutan ekspedisi di tahun 2007 dan menemukan struktur “interior gua kayu yang tidak biasa” di kaki lereng Ararat di ketinggian 14.700 kaki. Penelitian ini dilakukan oleh Noah’s Ark Ministries International yang berbasis di Hongkong.
Pemimpin peneliti China-Turki ini mengatakan jenis kayu yang mereka temukan dari struktur di Ararat itu berdasarkan perhitungan karbon diperkirakan berumur 4.800 tahun
Sebuah artikel dari daily news yang memberitakan tentang penemuan Noah Ark oleh tim Evangelis . Yeung Wing cheung, mengatakan “Itu bukan 100% bahtera nuh, tapi kami pikir itu 99,9% itu adalah Bahtera Nuh.”
Gambar ini dirilis oleh kelompok evangelis untuk mengklaim dan menggambarkan bahwa salah satu penjelajah dari tim mereka sedang memeriksa bagian dari struktur yang mereka katakan bisa menjadi bukti adanya Bahtera Nuh di Gunung Ararat.
Gambar ini menunjukan kayu balok yang mereka katakan ditemukan di situs tersebut. Pencarian untuk fisik sisa-sisa Bahtera Nuh telah mengadakan daya tarik bagi orang Kristen, Yahudi dan Muslim selama ratusan tahun. Namun, meskipun berbagai klaim telah dilakukan tapi bukti ilmiah untuk menguatkannya cukup memuaskan. entah benar atau tidak. anda yang menyimpulkannya.
Foto ini, juga dikeluarkan oleh kelompok evangelis, dikatakan untuk menunjukkan bagian dari dinding di dalam struktur yang ditemukan oleh para penjelajah. Salah satu anggota tim itu berkata: "Itu bukan 100 persen bahwa Bahtera Nuh tapi kami pikir itu adalah 99,9 persen bahwa ini adalah bahtera Nabi Nuh"
Pada tahun 2006, analis keamanan nasional AS Porcher Taylor menyatakan ini mengungkapkan citra satelit membingungkan yang menggambarkan 'anomali' di sudut barat gunung bahwa ia dipercaya sebagai sisa-sisa Bahtera Nabi Nuh
Tapi Mike Pitt, seorang ahli arkeologi Inggris, berkata bahwa para penjelajah evangelis belum menghasilkan bukti yang meyakinkan.
Dia menambahkan: “Jika telah terjadi banjir mampu mengangkat kapal besar sejauh 4 km ke sisi gunung 4.800 tahun yang lalu, saya pikir akan ada bukti geologi untuk membuktikan banjir besar ini  di seluruh dunia. Dan ternyata bukti itu tidak ada. “

Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Mukjizat Nabi Musa

Masih ingatkah teman-teman dengan kisah mukjizat Nabi Musa yang membelah laut merah dengan tongkatnya? Jika salah satu diantara teman-teman yang menganggap kisah tersebut hanya merupakan dongeng belaka, sekarang mari kita simak tulisan yang saya uraikan dibawah ini.

Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam dilautan tsb saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.
Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.
Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Pharaoh yang tenggelam di laut Merah. Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam, dimana menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.
poros roda dari salah satu kereta kuda
Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan, yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya sangat sulit untuk dilihat secara jelas. Mungkin Allah sengaja melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi2-Nya merupakan suatu hal yang nyata dan bukan merupakan cerita karangan belaka. Diantara beberapa bangkai kereta tadi, ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas. Sepertinya, inilah sisa dari roda kereta kuda yang ditunggangi oleh Pharaoh sang raja.

Sekarang mari kita perhatikan gambar diatas, Pada bagian peta yang dilingkari (lingkaran merah), menurut para ahli kira-kira disitulah lokasi dimana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat
Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).
Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima Jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan, setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!! sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.

Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Misteri Seputar Kain Kafan Yesus

YERUSALEM ? Para arkeolog di Kota Tua Yerusalem menemukan kain kafan yang diperkirakan pernah digunakan untuk menyelimuti jenazah Yesus. Penemuan itu menyebabkan kain kafan Turin yang diyakini sebagai kain pembungkus tubuh Yesus dipertanyakan keasliannya.

Kontroversi seputar makam dan kain kafan Yesus Kristus terus saja bergulir. Dua tahun lalu umat Nasrani?khususnya para pejabat Vatikan?dikejutkan berita yang memuat tentang penemuan makam Kristus yang berlokasi di Talpiot, Yerusalem. Hal ini tentu berseberangan dengan keyakinan bahwa lokasi penyaliban sekaligus makam Kristus berada dalam Gereja Makam Kristus.

Baru-baru ini kontroversi kembali mencuat seiring penemuan terbaru para arkeolog di sebuah gua di Hinnom Valley, dekat Kota Tua Yerusalem. Sebelumnya, potongan kain kafan yang dipercaya sebagai pembungkus jenazah Yesus ditemukan di Italia dan tidak pernah sekalipun ditemukan di Yerusalem. Para ahli yang sempat mengamati struktur dan desain kain menuturkan bahwa kain kafan yang ditemukan di Kota Tua Yerusalem sungguh berbeda dengan kain kafan Turin.

?Kain Turin terbuat dari tenunan kain kepar (kain yang menghasilkan efek paralel diagonal). Kain kepar hanya digunakan pada Abad Pertengahan,? ujar Profesor Shimon Gibson, arkeolog yang menemukan gua di Hinnom Valley. Lantas apa hubungan Abad Pertengahan dengan kain kafan yang diyakini sebagai pembungkus Yesus? Abad Pertengahan (Medieval) adalah periode waktu antara abad 5?15 Masehi. Sementara itu,Yesus hidup antara tahun 4?30 Masehi.

?Kain kafan yang ditemukan di Yerusalem menunjukkan adanya praktik menenun yang biasa dilakukan orang-orang pada masa kehidupan Yesus," imbuhnya. Kain yang ditemukan itu dibuat lewat cara menenun sederhana yang dibentuk dari dua jalinan saja. Perdebatan mengenai kain kafan Yesus tampaknya akan sulit melebur.

Bulan lalu seorang peneliti Vatikan, Barbara Frale menyatakan bahwa dia menemukan tulisan berbunyi ?Jesus Nazarene? pada lembar kain kafan Turin. Penemuan ini lantas dianggap sebagai bukti bahwa kain linen tersebut pernah melekat di tubuh Yesus. Frale menambahkan, pihaknya telah melakukan serangkaian analisis foto terhadap kain kafan Turin.

Hasilnya, kain kafan Turin menampakkan sederet tulisan dalam bahasaYunani, Aramik, dan Latin. Tulisan dalam 3 bahasa ini pun sudah teruji keasliannya. Kini, penemuan kain kafan di sebuah gua di Hinnom Valley mendadak muncul dalam jalur yang bertolak belakang dengan keyakinan atas keaslian kain kafan Turin.

Kain kafan ini ditemukan tim arkeolog dari Hebrew University dan Albright Research Institute yang keduanya berlokasi di Yerusalem. Pintu masuk gua ini tertutup rapat oleh sebongkah batu besar. Para ilmuwan telah melakukan tes DNA, dan hasilnya kini telah didapatkan. Gua di Hinnom Valley ini merupakan makam seorang pria yang sepanjang hidupnya menderita penyakit lepra. Pria ini akhirnya meninggal setelah sebelumnya terjangkit tuberkulosis (TBC).


Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

SUKU BATAK

Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.

Sejarah

Orang Batak termasuk ras Mongoloid Selatan yang berbahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatra Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.

Identitas Batak

R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik Karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa Pusuk Bukit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

Penyebaran agama

Masuknya Islam

Dalam kunjungannya pada tahun 1292, Marco Polo melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar yang musyrik" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun Ibn Battuta, mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir, masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak. Pada masa Perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola. Namun penyerangan Paderi atas wilayah Toba, tidak dapat mengislamkan masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Kristen Protestan. Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan masyarakat Karo dan Pakpak. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh Islam dari masyarakat Melayu di pesisir Sumatera Timur.


Misionaris Kristen

Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri.
Pada tahun 1850, Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.
Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.
Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia-Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.

Gereja HKBP

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) didirikan.

Kepercayaan

Sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.
Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:
  • Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
  • Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
  • Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaha. Walaupun sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka.

Salam Khas Batak

Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak terkenal dengan salam Horasnya, namun masih ada dua salam lagi yang kurang populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya
1. Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
2. Karo “Mejuah-juah Kita Krina!”
3. Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
4. Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
5. Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”

Kekerabatan

Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.
Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga. Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.
Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.

Falsafah dan sistem kemasyarakatan

Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak
1. Dalihan Na Tolu (Toba) • Somba Marhula-hula • Manat Mardongan Tubu • Elek Marboru
2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) • Hormat Marmora • Manat Markahanggi • Elek Maranak Boru
3. Tolu Sahundulan (Simalungun) • Martondong Ningon Hormat, Sombah • Marsanina Ningon Pakkei, Manat • Marboru Ningon Elek, Pakkei
4. Rakut Sitelu (Karo) • Nembah Man Kalimbubu • Mehamat Man Sembuyak • Nami-nami Man Anak Beru
5. Daliken Sitelu (Pakpak) • Sembah Merkula-kula • Manat Merdengan Tubuh • Elek Marberru
  • Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak) sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).
  • Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.
  • Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.
Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.

Ritual kanibalisme

Ritual kanibalisme telah terdokumentasi dengan baik di kalangan orang Batak, yang bertujuan untuk memperkuat tondi pemakan itu. Secara khusus, darah, jantung, telapak tangan, dan telapak kaki dianggap sebagai kaya tondi.
Dalam memoir Marco Polo yang sempat datang berekspedisi dipesisir timur Sumatera dari bulan April sampai September 1292, ia menyebutkan bahwa ia berjumpa dengan orang yang menceritakan akan adanya masyarakyat pedalaman yang disebut sebagai "pemakan manusia". Dari sumber-sumber sekunder, Marco Polo mencatat cerita tentang ritual kanibalisme di antara masyarakat "Battas". Walau Marco Polo hanya tinggal di wilayah pesisir, dan tidak pernah pergi langsung ke pedalaman untuk memverifikasi cerita tersebut, namun dia bisa menceritakan ritual tersebut.
Niccolò Da Conti (1395-1469), seorang Venesia yang menghabiskan sebagian besar tahun 1421 di Sumatra, dalam perjalanan panjangnya untuk misi perdagangan di Asia Tenggara (1414-1439), mencatat kehidupan masyarakat. Dia menulis sebuah deskripsi singkat tentang penduduk Batak: "Dalam bagian pulau, disebut Batech kanibal hidup berperang terus-menerus kepada tetangga mereka ".
Thomas Stamford Raffles pada 1820 mempelajari Batak dan ritual mereka, serta undang-undang mengenai konsumsi daging manusia, menulis secara detail tentang pelanggaran yang dibenarkan. Raffles menyatakan bahwa: "Suatu hal yang biasa dimana orang-orang memakan orang tua mereka ketika terlalu tua untuk bekerja, dan untuk kejahatan tertentu penjahat akan dimakan hidup-hidup".. "daging dimakan mentah atau dipanggang, dengan kapur, garam dan sedikit nasi".
Para dokter Jerman dan ahli geografi Franz Wilhelm Junghuhn, mengunjungi tanah Batak pada tahun 1840-1841. Junghuhn mengatakan tentang ritual kanibalisme di antara orang Batak (yang ia sebut "Battaer"). Junghuhn menceritakan bagaimana setelah penerbangan berbahaya dan lapar, ia tiba di sebuah desa yang ramah. Makanan yang ditawarkan oleh tuan rumahnya adalah daging dari dua tahanan yang telah disembelih sehari sebelumnya. Namun hal ini terkadang dibesar-besarkan dengan maksud menakut-nakuti orang/pihak yang bermaksud menjajah dan/atau sesekali agar mendapatkan pekerjaan yang dibayar baik sebagai tukang pundak bagi pedagang maupun sebagai tentara bayaran bagi suku-suku pesisir yang diganggu oleh bajak laut.
Oscar von Kessel mengunjungi Silindung di tahun 1840-an, dan pada tahun 1844 mungkin orang Eropa pertama yang mengamati ritual kanibalisme Batak di mana suatu pezina dihukum dan dimakan hidup. Menariknya, terdapat deskripsi paralel dari Marsden untuk beberapa hal penting, von Kessel menyatakan bahwa kanibalisme dianggap oleh orang Batak sebagai perbuatan berdasarkan hukum dan aplikasinya dibatasi untuk pelanggaran yang sangat sempit yakni pencurian, perzinaan, mata-mata, atau pengkhianatan. Garam, cabe merah, dan lemon harus diberikan oleh keluarga korban sebagai tanda bahwa mereka menerima putusan masyarakat dan tidak memikirkan balas dendam.
Ida Pfeiffer mengunjungi Batak pada bulan Agustus 1852, dan meskipun dia tidak mengamati kanibalisme apapun, dia diberitahu bahwa: "Tahanan perang diikat pada sebuah pohon dan dipenggal sekaligus, tetapi darah secara hati-hati diawetkan untuk minuman, dan kadang-kadang dibuat menjadi semacam puding dengan nasi. Tubuh kemudian didistribusikan; telinga, hidung, dan telapak kaki adalah milik eksklusif raja, selain klaim atas sebagian lainnya. Telapak tangan, telapak kaki, daging kepala, jantung, serta hati, dibuat menjadi hidangan khas. Daging pada umumnya dipanggang serta dimakan dengan garam. Para perempuan tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam makan malam publik besar ".
Pada 1890, pemerintah kolonial Belanda melarang kanibalisme di wilayah kendali mereka. Rumor kanibalisme Batak bertahan hingga awal abad ke-20, dan nampaknya kemungkinan bahwa adat tersebut telah jarang dilakukan sejak tahun 1816. Hal ini dikarenakan besarnya pengaruh Islam dalam masyarakat Batak.

Tarombo

Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum laki-laki diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga.

Kontroversi

Sebagian orang Karo, Angkola, dan Mandailing tidak menyebut dirinya sebagai bagian dari suku Batak. Wacana itu muncul disebabkan karena pada umumnya kategori "Batak" dipandang rendah oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu, perbedaan agama juga menyebabkan sebagian orang Tapanuli tidak ingin disebut sebagai Batak. Di pesisir timur laut Sumatera, khususnya di Kota Medan, perpecahan ini sangat terasa. Terutama dalam hal pemilihan pemimpin politik dan perebutan sumber-sumber ekonomi. Sumber lainnya menyatakan kata Batak ini berasal dari rencana Gubernur Jenderal Raffles yang membuat etnik Kristen yang berada antara Kesultanan Aceh dan Kerajaan Islam Minangkabau, di wilayah Barus Pedalaman, yang dinamakan Batak. Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing (Angkola) dan Karo, umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Demikian juga di Angkola, yang terdapat banyak pengungsi muslim yang berasal dari wilayah sekitar Danau Toba dan Samosir, akibat pelaksanaan dari pembuatan afdeeling Bataklanden oleh pemerintah Hindia Belanda, yang melarang penduduk muslim bermukim di wilayah tersebut.
Konflik terbesar adalah pertentangan antara masyarakat bagian utara Tapanuli dengan selatan Tapanuli, mengenai identitas Batak dan Mandailing. Bagian utara menuntut identitas Batak untuk sebagain besar penduduk Tapanuli, bahkan juga wilayah-wilayah di luarnya. Sedangkan bagian selatan menolak identitas Batak, dengan bertumpu pada unsur-unsur budaya dan sumber-sumber dari Barat. Penolakan masyarakat Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak, sempat mencuat ke permukaan dalam Kasus Syarikat Tapanuli (1919-1922), Kasus Pekuburan Sungai Mati (1922), dan Kasus Pembentukan Propinsi Tapanuli (2008-2009).
Dalam sensus penduduk tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan Simalungun, Karo, Toba, Mandailing, Pakpak dan Angkola sebagai etnis Batak.


Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Kapan Rumah Adat Karo Diperhatikan??

Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut, Tanah Karo Simalem, nama lain dari Kabupaten ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C. Dibanding dengan propinsi lain di Indonesia, Sumatera Utara memang unik. Disana ada tujuh suku berdiam berdasarkan pengelompokan geografis dan etnis, Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Melayu, Nias dan suku pandatang.
Kabupaten Karo terletak di dataran Tinggi Tanah Karo. Kota yang terkenal dengan wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Banyak keunikan- keunikan yang terdapat pada masyarakat Karo. Baik dari geogarafis, alam, maupun bentuk masakan.
Berdasarkan Undang – undang No.5 Tahun 1992 bahwa “Untuk menjaga kelestarian Benda Cagar Budaya diperlukan langkah pengaturan penguasaan, pemilikan, penemuan, pencarian, perlindungan, pemeliharaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan pengawasan benda cagar budaya “.
Berdasarkan Undang - undang No.11 Tahun 2010 bahwa “Cagar budaya merupakan kekayaan budaya bagi bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut  UU Cagar Budaya No 11 Tahun 2010 Pasal 5 mengatakan bahwa: “ Benda, bangunan atau stuktur  dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, ataupun Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria; berusia 50 ( lima puluh ) tahun atau lebih, mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 ( lima puluh ) tahun, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan, dan memiliki nilai budaya bagi penguat kepribadian bangsa ”.
Pada masyarakat Karo terdapat beberapa Rumah Tradisional yang dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabunya didalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut dengan Rumah Adat Karo. Rumah Adat Karo ini berbeda dengan Rumah Adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan Rumah Adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut Rumah Adat.
Kelebihan Rumah Adat Karo terhadap rumah modern lainnya yaitu, rumah sekarang / modern hanya ditempati oleh satu kelurga sehingga makna persaudaraan mulai teriris, selain itu dengan rumah sendiri maka lebih leluasa menggunakan mistik / magik sedangkan di Rumah Adat tidak bisa karena telah ada ornamen yang menjadi acuan di dalam Rumah Adat. Rumah Adat yang di Tanah Karo yang masih bertahan masih dapat dilihat di daerah Lingga, Dokan dan Peceren dan desa lainnya.
Rumah Adat Tradadisional Karo disebut juga Rumah Siwaluh Jabu karena pada umumnya dihuni oleh Waluh Jabu ( delapan keluarga ), selain rumah si waluh jabu ada juga rumah adat yang lebih besar yaitu Sepuludua Jabu ( dua belas keluarga ) yang dulu terdapat di kampung Lingga, Sukanalu dan Rumah Adat yang terbesar adalah Rumah Adat Sepuluenem Jabu yang pernah ada di Kampung Juhar dan Kabanjahe, tetapi sekarang Rumah Adat Sepuludua Jabu dan Sepuluenem Jabu sudah tidak ada lagi. Setiap Jabu ( keluarga ) menempati posisi di Rumah Adat sesuai dengan struktur sosialnya dalam keluarga.
 Pembangunan Rumah Adat Karo tidak terlepas dari jiwa masyarakat Karo yang tak lepas dari sifat kekeluargaan dan gotong-royong. Kegiatan gotong-royong ini terutama digerakkan oleh Sangkep Sitelu ( sukut, kalimbubu dan anak beru ) yang dibantu oleh Anak Kuta ( masyarakat kampung setempat ).
Pembangunan sebuah Rumah Adat pada jaman dahulu harus mengikuti ketentuan adat dan tradisi masyarakat Karo yang telah ada secara turun-temurun. Sebelum membangun Rumah Adat diawali dengan ‘Runggu’ ( musyawarah ) dalam menentukan hari baik untuk memulai pembangunan, pada hari pembangunan diadakan sebuah upacara untuk meletakkan pondasi rumah dan meminta petunjuk dan perlindungan dari para leluhur orang Karo agar pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik.
Payung Bangun [ 1970 ] menjelaskan bahwa, Rumah Batak biasanya didirikan di atas tiang kayu yang banyak, berdinding miring, beratap ijuk. Letaknya memanjang kira - kira 10 - 20 meter dari timur ke barat. Pintunya ada pada sisi barat dan timur pada pada rumah Karo dan Simalungun, atau pada salah satu ujung lantai pada rumah Toba ( masuk dari kolong ). Pada bagian puncak yang menjulang ke atas di sebelah barat dan timur di pasang tanduk kerbau atau arca muka manusia dan puncak yang melengkung membentuk setengah lingkaran ( kecuali rumah empat ayo pada orang  Batak Karo ). Pada bagian depan ( barat dan timur ) rumah karo yang disebut ayo ada ornamentasi geometris dengan warna- warna merah , putih, kuning dan hitam.
Satu bagian yang merupakan keistimewan dari rumah karo dan yang tidak ada pada Rumah Batak yang lain adalah semacam teras dari bambu yang di susun di serambi muka. Terras ini di sebut ture yang pada malam harinya berfungsi pula sebagai tempat pertemuan dari gadis rumah itu dengan pemuda yang datang datang mengunjunginya.
Letak Rumah Adat Tradisional Karo selalu disesuaikan dari arah Timur ke Barat yang disebut Desa Nggeluh, di sebelah Timur disebut Bena Kayu ( pangkal kayu ) dan sebelah barat disebut Ujung Kayu. Sistem Jabu dalam Rumah Adat mencercerminkan kesatuan organisasi, dimana terdapat pembagian tugas yang tegas dan teratur untuk mencapai keharmonisan bersama yang dipimpin Jabu Bena Kayu / Jabu Raja.
  Gambaran Rumah Adat Karo
Masyarakat Karo dahulu percaya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik yang dapat dilihat maupun yang tak dapat dilihat itu merupakan ciptaan
Dibata. Menurut Bangun, Roberto dalam bukunya “ Mengenal Orang Karo ”, orang Karo membedakan antara Dibata si idah ( Tuhan yang dilihat ) dan Dibata si la idah ( Tuhan yang tidak dilihat ). Dibata si idah dimaksud menunjuk pada kalimbubu.
Sedikit penjelasan bahwa di dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo terdapat daliken sitelu / rakut sitelu. Ketiga unsur yang terdapat adalah kalimbubu ( pemberi dara ) Anak beru ( pihak penerima dara ) dan senina ( saudara ) Kalimbubu adalah golongan yang terhormat, golongan yang disegani. Orang yang menghormati kalimbubunya akan memperoleh banyak rejeki oleh karena itu kalimbubu disebut juga dibata di idah. Dibata si la idah biasa disebut dengan Dibata kaci-kaci ( Dibata yang berjenis perempuan ) Dibata kaci-kaci ini mempunyai tiga wilayah kekuasaan, yaitu: dunia atas, tengah, dan bawah.

Menurut Sembiring, Deking dalam buku ( 2010 ) menjelaskan bahwa rumah Adat Karo sangat terkenal akan keindahan seni arsitekturnya yang khas, gagah dan kokoh dihiasi dengan ornamen - ornamennya yang kaya akan nilai - nilai filosofis. Bentuk, fungsi dan makna Rumah Adat Karo menggambarkan hubungan yang erat antara masyarakat Karo dengan sesamanya dan antara manusia dengan alam lingkungannya.  Pemilihan bahan untuk membangun Rumah Adat Karo serta proses pembangunannya yang tanpa menggunakan paku, besi atau pengikat kawat, melainkan menggunakan pasak dan tali ijuk semakin menambah keunikan Rumah Adat Karo. 
 Pembangunan Rumah Adat Karo tidak terlepas dari jiwa masyarakat Karo yang tak lepas dari sifat kekeluargaan dan gotong-royong. Rumah Adat  menggambarkan kebesaran suatu Kuta ( kampung ), karena dalam pembangunan sebuah Rumah Adat membutuhkan tenaga yang besar dan memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu pembangunan Rumah Adat dilakukan secara bertahap dan gotong royong yang tak lepas dari unsur kekeluargaan. Kegiatan gotong - royong ini terutama digerakkan oleh Sangkep Sitelu ( sukut, kalimbubu dan anak beru ) yang dibantu oleh Anak Kuta ( masyarakat kampung setempat ).
Demikian juga ketika Rumah Adat telah selesai dibangun, maka diadakan lagi upacara Mengket Rumah Mbaru ( memasuki rumah baru ). Upacara ini juga diawali dengan Runggu, untuk menentukan hari baik untuk mengketi ( mendiami ) rumah baru tersebut. Pada hari yang ditentukan diadakan upacara pengucapan syukur kepada leluhur, dan memohon agar rumah yang telah selesai dibangun dapat bertahan lama dan para penghuninya hidup harmonis serta menjadi berkat dan dijauhkan dari bencana.
Bangunan Rumah Tradisional Karo memiliki dua belas, delapan, enam dan empat keluarga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tenteram. Rumah warisan budaya Karo berusia ratusan tahun dan terdapat di sejumlah desa di Kabupaten Karo, termasuk di Desa Lingga.
Bahan bangunan rumah tradisional ini dari kayu bulat, papan, bambu dan beratap ijuk tanpa menggunakan paku yang dikerjakan tenaga arsitektur masa lalu. Rumah Adat Karo memiliki dua pintu, yang letaknya di bagian depan dan yang satunya lagi di belakang. Jumlah jendela-nya ada delapan. Empat ada di samping kiri dan kanan. Dan empatnya lagi ada di bagian depan dan belakang. Organisasi rumah adat ini berpola “ linier ” karena ruangannya menunjukkan bentuk garis. Pada beberapa bagian rumah terdapat relief yang dicat dengan warna merah, putih, kuning, hitam dan biru. Bangunan-bangunan itu berbentuk khusus yang melambangkan sifat-sifat khusus dan kekhasan yang di miliki oleh suku karo pada umumnya.
Kondisi rumah peninggalan nenek moyang karo tersebut sangat memprihatinkan. Di Desa Lingga terdapat sekitar 28 Rumah Adat. Kini tinggal 2 buah lagi yang layak huni. Yakni Rumah Gerga ( Raja ) dan Rumah Belang ayo. Sekitar 5 rumah adat disana berdiri miring dan hampir rubuh. Sedangkan rumah adat lainnya telah rubuh

Rumah Adat Lingga, termasuk bagian dari daerah parawisata dan sering dikunjungi oleh tourist dan pelajar sekalian melakukan penelitian termasuk saya.
Dalam buku Sabaren, Ulih yang berjudul “Adat Istiadat Karo Jilid II” Rumah adat karo menunjukkan adanya kebersamaan dan persatuan yang kuat terhadap masyarakat dahulu. Dahulu persatuan masihlah kaut sehingga gotong royong sering mereka lakukan termasuk dalam membangun Rumah Adat. Dahulu nama orang pembantu dalam melakukan kegiatan gotong royong disebut srayani ( pekerja yang bekerja tanpa gaji dan hanya memberi nasi dan minuman serta rokok saja ), sehingga rumah adat pun dapat tercipta
Rumah Adat Lingga berdiri berkisar sekitar 200 tahun silam. Generasi yang menetap di rumah adat pun sudah banyak. Namun raja pertama pendiri rumah adat dapat dilihat di Urut Lingga yaitu kuburan yang panjang.
Dalam buku “Dinas Pariwisata, Seni Dan Budaya Kabupaten Karo” dapat di asumsikan bahwa tanah karo banyak menyimpan peninggalan atau situs Cagar Budaya yang belum terdokumentasi dan terdata dengan baik. Keberadaan Benda Cagar Budaya di Kabubaten Karo merupakan data sejarah yang sangat penting untuk mengenali dan mengetahui situasi dan kondisi masyarakat pada masa lalu. Dalam hal ini peninggalan Benda Cagar Budaya di masa lalu bisa dijadikan sebagai pedoman untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh kesadaran jati diri bangsa.

Oleh sebab itu, kita harus melestarikan benda - benda Cagar Budaya dimasa silam sehingga mencerminkan citra masyarakat itu sendiri. Dan disamping itu juga untuk Kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kepentingan nasional.
 





Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Sejarah Masuknya Islam ke Tanah Karo

Kapan Islam masuk ke Tanah Karo ?
Sebuah pertanyaan yang sulit dijawab dengan tepat. Pemerhati sejarah Islam di Tanah Karo berbeda pendapat tentang sejak kapan masuknya agama Islam di Tanah Karo. Ada yang berpendapat. Islam sudah ada di Tanah Karo sejak tahun + 456 H ( 1062 M ) pada abad kesebelas ( Pardosi,Baharuddin: 2007:2 ). Pendapat lain mengatakan Islam telah masuk ke Tanah Karo sejak abad XV dan ada yang menyebutkan baru pada abad XIX. ( Tarigan,Azhari Akmal :2007:21).
Dari ketiga pendapat di atas tentang masuknya Islam di Tanah Karo, maka berdasarkan imformasi data yang akurat, Azhari Akmal Tarigan dalam bukunya Tuan Guru H.Sulaiman Tarigan lebih cendrung untuk setuju bahwa Islam masuk ke Tanah Karo pada abad XIX.
Menurut Azhari Akmal Tarigan ada 3 (tiga) teori tentang cara masuknya agama Islam ke Tanah Karo,yaitu :
Pertama , Teori Barus. Menurut catatan sejarah bahwa agama Islam sudah ada di Barus sejak abad abad XV malah ada yang mengatakan sudah ada sejak abad IX. Menurut teori ini, masuknya agama Islam dibawa oleh pedagang-pedagang dari Barus yang telah beragama Islam.
Kedua, Teori Aceh.. Teori ini menyebutkan bahwa masuknya agama Islam ke Tanah Karo dibawa oleh ulama/mubaligh dari Aceh. Adapun nama-nama ulama/mubaligh yang tercatat yang menyiarkan agama Islam,antara lain :
1. Tengku Muda yang mengembangkan Islam kepada beberapa keluarga di Tiga Beringin.
2. Tengku Lau Bahun yang mengembangkan Islam di sekitar daerah desa Lingga. Tengku Lau Bahun wafat karena dibunuh dan kuburannya terletak di desa Lingga.
3. Tengku Tambak Malem mengembangkan Islam disekitar desa Meriah.
4. Putra Adi Genali dan Tengku Datuk dll
Ketiga , Teori Perbatasan.. Teori ini menjelaskan pengaruh kerajaan-kerajaan yang berada di sekitar perbatasan Karo yaitu, kerajaan Haru Deli Tua ( Deli ), Kerajaan haru Langkat, dan kerajaan Haru Pane. Kerajaan Haru dan segenap rakyat sudah memeluk Islam sejak abad XV secara geneologi masih memiliki hubungan dengan suku Karo yang bermukim di dataran tinggi Karo. Kemumgkinan jalan keluarga inilah, agama Islam masuk ke Tanah Karo. Di samping itu pedagang-pedagang garam ( di samping itu mereka juga berjualan ikan, perhiasan dll ) dari Sumatera Timur diperkirakan punya peran dalam memperkenalkan agama Islam di tanah Karo
Dari ketiga teori di atas, yang lebih mendekati kebenaran sesuai dengan data yang ada tentang masuknya Islam ke Tanah Karo adalah teori Aceh.
B. Perkembangan Islam di Tanah Karo
Para ulama /mubaligh yang berasal dari Aceh telah memperkenalkan Islam di Tanah Karo diperkirakan pada tahun 1888 ( abad XIX ). Namun usaha mereka belumlah memperoleh hasil yang baik untuk memberikan pemahaman keislaman bagi masyarakat Karo pada saat itu. Sebaliknya usaha ini mendapat tantangan dan penolakan sebagaian besar masyarakat Karo dan berakhir dengan usaha pembunuhan. Hal inilah yang dialami oleh Tengku Lau Bahun yang mati syahid.
Usaha pengembangan Islam pada tahap awal ini, para ulama Aceh mempergunakan cara-cara pengobatan dan ilmu-ilmu kebatinan. Pendekatan ini dilakukan oleh ulama/mubaligh Aceh tidak terlepas dari pengaruh kepercayaan masyarakat Karo pada saat itu masih menganut kepercayaan animisme yang cendrung mengarah kepada mistik. Namun usaha dan pendekatan ini terasa kurang berhasil untuk memberikan pemahaman tentang Islam sebenarnya kepada masyarakat Karo.Namun dalam dunia pengobatan tradisional ( tabib/dukun ) masih kita jumpai mereka mengucapkan Bismillahirrahmanirrohim dan diakhiri dengan ucapan qabol berkat la ilaha illa Allah walaupun tabib tersebut bukanlah beragama Islam.
Geliat dakwah dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat Karo mulai terasa pada awal abad XX. Hal ini dimulai dengan masuk Islamnya salah seorang tokoh masyarakat Karo yaitu Juan Tarigan. Ini terjadi diperkirakan pada tahun 1904. Pensyahadatan Juan Tarigan dilakukan oleh ulama-ulama Aceh yang sebelumnya terjadi dialog yang panjang antara Juan Tarigan dengan ulama Aceh tentang agama Islam. Selain Juan Tarigan, istri dan anak beliaupun masuk Islam saat itu. Tidak hanya sampai disitu , Juan Tarigan kemudian mengajak keluarga dan keturunannya mengikuti jejaknya untuk memeluk agama Islam. Pada tahun 1906, kembali lagi dilaksanakan pensyahadatan beberapa keluarga Juan Tartigan, termasuk H.Sulaiman Tarigan. Putra beliau H. Sulaiman Tarigan inilah pada tahun 1946 diangkat oleh pemerintah sebagai kepala Jawatan Agama pertama di tanah Karo.
Pada tahun 1930-an, perkembangan Islam semakin semarak dengan munculnya ormas-ormas Islam di Tanah Karo yang memberikan pembinaan agama Islam untuk wilayah Kabanjahe dan Berasagi . Organisasi Muhammadiyah diperkirakan sudah ada sejak tahun 1936 dibawa oleh Bapak Sujonono ( Pegawai Kantor Pos Kabanjahe ). Selanjutnya organisasi Al-Washliyah sudah ada sejak tahun 1939 ( ada yang mengatakan sejak tahun 1930 ) .
Selanjutnya pada dekade 1980-1990, adalah periode puncaknya kegiatan Islam di Tanah Karo. Pada era ini kekompakan para tokoh Agama dan pimpinan ormas sangat tinggi dalam rangka berdakwah memberikan penerangan Islam kepada masyarakat Islam Karo. Selain itu koordinasi dakwah juga berjalan dengan baik. Begitu juga perhatian lembaga-lembaga dakwah dari Medan dan berbagai perguruan tinggi Islam memberikan perhatian yang serius bagi pengembangan agama Silam di Tanah Karo.

Sumber : sini


Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

10 lukisan paling terkenal

Lukisan terkenal menginspirasi rasa budaya dan sejarah. Dunia seniman terkenal seperti Van Gogh, Picasso, Vermeer, Renoir, Da Vinci, dan Monet telah terpikat orang selama berabad-abad. Jika Anda mencari reproduksi lukisan cat minyak populer, lihatlah ini daftar 10 lukisan paling terkenal.
1. Mona Lisa by Leonardo Da Vinci


Mona Lisa, lukisan dunia yang paling terkenal, dimiliki oleh pemerintah Perancis dan hang di Louvre di Paris. Lukisan itu menunjukkan seorang wanita memandang penampil dengan apa yang sering digambarkan sebagai "senyum misterius". Mona Lisa mungkin adalah bagian yang paling terkenal dalam sejarah seni; beberapa karya lain seni adalah sebagai romantis, merayakan, atau direproduksi.

2. Starry Night by Vincent Van Gogh


Salah satu lukisan yang saat ini paling dikenal, Van Gogh Starry Night adalah sebuah lukisan klasik yang memanggil emosi dari ketenangan di menara gereja ke alam bebas meninggalkan warna yang digunakan untuk langit malam itu.

3. The Kiss by Gustav Klimt


Gustav Klimt, master Vienna melukis lukisan Kiss pada tahun 1907. Lukisan ini menggambarkan beberapa dikelilingi oleh selimut emas dan ornamen berbagi saat gairah geser - ciuman yang sempurna.

4. Luncheon of the Boating Party by Pierre Auguste Renoir


Lukisan ini menggambarkan sekelompok teman Renoir's bersantai di balkon sepanjang Sungai Seine. Dalam lukisan ini Renoir telah menangkap sukacita dari kelas pertengahan akhir abad ke-19 Prancis, ini adalah lukisan hidup yang membawa kebahagiaan dan kegembiraan ke setiap ruangan.

5. Girl with a Pearl Earring by Jan Vermeer


Ini adalah potret polos seorang gadis, mungkin sebelum pernikahannya. Kurangnya menampilkan latar belakang dan warna air matanya drop anting-anting mutiara.

6. Café Terrace at Night by Vincent Van Gogh


Dalam lukisan ini Van Gogh menggambarkan sebuah kafe di Arles, kemudian Cafe Teras dan hari ini disebut Cafe van Gogh. Gaya lukisan unik untuk Van Gogh dengan warna-warna hangat dan kedalaman perspektif

7. Corner of the Garden at Montgeron by Claude Monet


Lukisan ini terkenal oleh Monet awalnya diciptakan pada tahun 1877. Monet dikenal sebagai impresionis klasik. Di Sudut Taman di Montgeron, Monet telah menangkap sifat yang selalu berubah cahaya dan warna.

8. The Dream by Pablo Picasso


Pablo Picasso memelopori gerakan seni modern disebut Kubisme dan secara luas diakui sebagai artis yang paling penting dari abad ke-20.

9. The Persistence of Memory by Salvador Dali



Mungkin lukisan paling terkenal oleh Salvador Dali, The Persistence of Memory diciptakan pada tahun 1931 dan sekarang ditampilkan di Museum of Modern Art di New York City. Dali memperkenalkan arloji saku lebur dalam lembaran ini. Anda juga bisa melihat sosok manusia di tengah lukisan.

 10. From the Lake by Georgia O’Keeffe


Georgia O'Keefe menghabiskan hari-harinya di Danau George, New York pada awal 1900-an, yang telah mengilhami banyak karyanya. Lukisan ini menampilkan gelombang lembut dan riak Danau George.


Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Ponsel, Beralih Fungsi Sebagai Botol Susu


Para ibu menyerahkan ponselnya, untuk mengatasi kerewelan anak.


Smartphone, pengganti mainan anak. (digitaltrends.com)

VIVAlife - Ketika bermasalah dalam menenangkan anak-anaknya yang rewel, orang tua kerap memberikan mainan atau boneka. Itu dulu.
Seiring perkembangan waktu, orang tua lebih memilih mengikuti kemajuan teknologi, yang diyakini lebih ampuh. Teknologi tersebut adalah ponsel.

Seperti dilansir dari Daily Mail, sebanyak 27 persen ibu mengaku
menyerahkan ponselnya pada anak mereka yang menangis atau bosan. Simpel saja, alasannya agar anak terhibur. 

Menurut survei, hal tersebut sudah umum dilakukan oleh orang tua saat ini. Bahkan pada anak usia balita, para ibu lebih memilih memberikan ponsel, dibanding memberikan anak mereka dot bayi atau mainan yang lembut.

Menurut David Fletcher, pakar ponsel di toko elektronik Asda, beragam aplikasi untuk anak, seperti games, puzzle, dan program edukasi lainnya, membuat smart phone sebagai sahabat terbaik orang tua saat ini.

Meski demikian, sebanyak 40 persen dari ibu yang meminjamkan ponsel pada anaknya mengaku membatasi waktu bermain anak, tidak lebih dari 10 menit. Sedangkan 10 persennya mengaku meninggalkan anak-anak mereka bermain dengan ponsel mereka hingga 2 jam.

Namun, survei yang melibatkan 1.650 ibu ini menemukan, 25 persen ibu tetap mengandalkan sebotol susu atau minuman lainnya untuk menenangkan anak mereka. Sedangkan, 21 persen memberikan mainan lembut favorit anak mereka.

Ditemukan juga bahwa kebiasaan memberikan ponsel terhadap anak yang sedang rewel, cenderung di dilakukan oleh ibu-ibu di Skotlandia. Terhitung sebanyak 40 persen ibu yang melakukan hal tersebut.

"Jadi, ponsel tak lagi menjadi alat untuk komunikasi. Tetapi, juga
digunakan sebagai 'dot elektronik' yang memiliki beragam permainan dan hiburan untuk anak," ujarnya.

Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Fujitsu Ciptakan Super Komputer 12 Petabyte


Kini Perushaan Jepan, Fujitsu telah meluncurkan komputer super canggih, dengan kelebihannya yang mampu menyimpan data 12 Petabyte.

Komputer ini khusus di rancang untuk keperluan pengembangan penelitian Australian National University (ANU), dan di fasilitasi oleh National Computational Infrastructure (NCI).

"Komputer super ini akan menjadi salah satu komputer tercepat dan terbesar sedunia" kata Kepala Ekeskutif Perusahaan (COO) Fujitsu Australia dan New Zealand, Mike Foster dalam siaran persnya, Senin (25/6).

Komputer ini memiliki kemampuan super canggih, yakni perangkat yang berteknologi klaster X86. Selain itu, komputer ini juga memiliki 50 rak yang berisi node komputasi 3.592 Primergy CX250.

Fujitsu juga mengklaim komputer ini memilik prosesor yang setara dengan kekuatan 56.000 komputer biasa.

Vice-Chancellor ANU Profesor Ian Young juga menegaskan bahwa komputer ini akan memenuhi semua kebutuhan penelitian Australia ke jenjang baru seperti permodelan cuaca dan iklim, relasi komputasi, partikel fisika, astronomi, ilmu pengetahuan yang bersifat material, mikrobiologi, nanoteknologi dan fotonik.

Semua fitur yang ditawarkan sangat menggiurkan, bagaimana tidak, hampir semua fitur yang dirancang sesempurna mungkin agar dapat membawa Australia menghadapi berbagai tantangan Nasional.
 
Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Batu Ampar, Surga Wisata Terpendam di Bali

Snorkeling sekaligus trekking, paket wisata paling menggoda.


Jalak putih, salah satu spesies langka di Bali. (zoochat.com)

VIVAlife - Tak dipungkiri, Bali boleh dikatakan sebagai pulau yang memiliki panorama paling menarik. Hampir setiap sudut bisa dijadikan destinasi wisata. Sebut saja Pantai Kuta, Pantai Sanur, Tanah Lot, Kebun Raya Bedugul, dan yang lainnya.
Satu lagi surga pariwisata di Bali. Batu Ampar. Kawasan yang terletak di barat Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng ini memang masih jarang tersentuh. Tapi namanya sudah cukup kondang di belahan Eropa dan Asia.

Sebenarnya daerah ini merupakan paket wisata lengkap yang siap memanjakan Anda. Daya tarik bawah laut sekaligus puncak bukit yang digunakan sebagai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), merupakan konservasi satwa langka. Anda juga bisa melihat sejumlah pura bersejarah dan aktivitas masyarakat yang unik di perbukitan ini.

Atraksi wisatanya pun beragam. Di laut, wisatawan bisa menyelam atau sekadar berkeliling naik perahu sembari menyaksikan matahari tenggelam di balik Pulau Menjangan. Di atas bukit wisatawan bisa berkeliling naik kuda, trekking atau sekadar jalan-jalan sambil memandang laut dari celah pepohonan.
taman nasional bali barat
"Keindahan kawasan wisata Batu Ampar merupakan mutiara terpendam dari utara," kata Puspaka, Sekretaris Daerah Kabupaten Bueleng.

Sementara I Gede Kordin Yudiasa, Sekretaris desa Pejarakan  memaparkan, kawasan Batu Ampar dan sekitarnya merupakan daerah pantai dan perbukitan dengan suasana yang damai dan tertata bagus. Di antara laut dan bukit terdapat sejumlah desa yang dihuni sebagian besar masyarakat petani dan nelayan.
Kawasan wisata Batu Ampar memiliki panjang pantai 17 kilometer yang terbagi menjadi lima desa , termasuk Desa Pejarakan. Sebelum dirintis menjadi kawasan wisata eksklusif, daerah ini termasuk dataran pantai yang gersang, kumuh dan tak beraturan. Kawasan ini baru direnovasi pada akhir 1980an.
"Selain kawasan eksklusif, di wilayah Batu Ampar dan sekitarnya juga terdapat banyak Pura bersejarah yang kerap dikunjungi masyarakat umum, seperti Pura Pulaki, makam Jayaprana dan Layonsari serta Pura lain yang tersebar di atas bukit hingga pura di Pulau Menjangan," ujar Yudiasa.

Para wisatawan bisa memilih jalur trekking yang sudah disediakan, atau melihat burung jalak putih yang merupakan satwa langka. Anda akan ditemai para pemandu wisata untuk mendapatkan informasi yang lengkap.
taman nasional bali barat
Yudiasa menambahkan, pada tahun 2010 jumlah wisatawan sudah mencapai 263.075 orang, namun tetap dengan dominasi turis asing.

Salah satu wisatawan asal Australia, Anthony Catalain usai snorkeling mengatakan, Batu Ampar menyajikan panorama alam bawah laut dengan karang laut yang masih asri, taman karang di daerah ini tidak kalah indahnya dengan taman laut di daerah lain. Suasananya, sangat nyaman dan tenang, bahkan masyarakatnya pun sangat ramah.
Anda tertarik menjajal tantangan keindahan bawah laut dan berkeliling bukit? Di sini tempatnya.

Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:


Recent Posts

Arsip Blog