Ada
orang yang mengatakan bahwa kehidupan begu adalah sama dengan
kehidupan di dunia ini, meskipun ada juga orang yang mengatakan bahwa dunia
begu adalah berjalan mundur, maju mundur, pekerjaan dilaksanakan di malam
hari dan lain sebagainya. Seorang pencuri akan terus menjadi pencuri di dunia
kematian dan seorang penjudi akan terus mengikuti penjudiannya. Begu
pada jaman dahulu kala, umumnya tidak ditakuti oleh masyarakat Karo, akan
tetapi dihormati.
Begu yang sangat penting adalah begu
jabu atau rumah tangga, yang disebut dibata jabu atau dewa
rumahtangga. Begu ini merupakan jenis roh dari kerabat terdekat yang meninggal
secara tiba-tiba (si mate sada wari) atau seseorang yang meninggal
dalam suatu hari tertentu baik oleh kecelakaan, pelanggaran, atau bunuh diri,
akan tetapi bukan melalui perkembangan penyakit. Setelah acara ritus perumah
begu, begu ini menjadi roh rumah tangga, atau dibata,
yan melindungi keluarga mereka dari segala bentuk kekuatan dan penguruh
si jahat.
“Begu jabu ngkelini jabuna”, artinya roh
rumah (begu jabu) menyelamatkan rumahtangganya. Roh-roh atau dewa ini,
dikatakan menghuni rumah tangga, dan sajian khusus disampaikan kepada mereka.
Perumah begu adalah suatu upacara yang
dilakukan pada malam hari untuk memanggil roh orang yang sudah meninggal dunia
dengan perantaraan dukun (guru sibaso). Karena sifat kematiannya yang
berlangsung tiba-tiba, maka begu si mate sada wari adalah roh
yang sangat kuat dan berbahaya. Apabila tidak ditangani secara tepat dalam
acara ritus perumah begu, dapat menjadi ancaman besar bagi diri dan
orang lain, yang mungkin akan mendapat tempat tinggal menetap. Orang yang
diambil dari kehidupannya secara tiba-tiba, sekalipun tidak di-inginkannya,
sehingga tidak ada persiapan untuk mati, maka orang tersebut mungkin menjadi
roh liar (begu mentas), yang tidak menentu ke mana perginya dan
bagaimana nasibnya kemudian. Setiap upaya yang tidak tepat
untuk memasuki kembali roh jahat ke siklus kehidupan keluarganya yang masih
hidup, akan menimbulkan penyakit dan kematian bagi mereka, sebab akan
menimbulkan keterkejutan tiba-tiba bila bertemu dengan anggota keluarga baik di
ladang atau di jalanan.
Penting sekali diketahui bahwa dalam acara ritus perumah
begu, roh selalu direkonsiliasikan dengan nasibnya, dan dipakasa untuk
menyadari statusnya yang baru dan cara yang tepat untuk bertindak terhadap
keluarganya yang masih hidup, serta memberikan peluang untuk mengambil
jarak dari keluarganya, mengindikasikan keinginannya yang terakhir dan
menyelesaikan urusan yang belum selesai sesuai dengan keperluannya.
Jenis begu lainnya yang dikenal
masyarakat Karo adalah meliputi begu Batara Guru, yakni roh
anak yang baru lahir atau yang juga disebut begu perkakun jabu yakni
roh pengaman dari rumahtangga. Roh tersebut juga memiliki potensi bahaya dan
selama kita tidak belajar untuk berbicara tentang kehidupannya, maka tidak
mungkin bagi kita mengkomunikasiakan kebutuhan dan keinginannya, demikian juga
halnya dengan keluarga dan sanak familinya.
Kecermatan tinggi harus dilakukan pada penguburan
tubuh seorang bayi karena guru (dukun) dapat menggunakan tubuh bayi
untuk membuat obat atau pupuk yang selanjutnya dipercaya akan
menimbulkan nasib sial bagi keluarga bayi itu atau orang lain.
Begu yang dikenal sebagai Bicara
Guru adalah merupakan roh seorang anak yang hanya hidup sebelum memotong
gigi pertamanya. Apabila roh ini dipuja secara tepat, yang juga dikenal sebagai
Batara Guru di dataran tinggi Tanah Karo, akan dapat menjadi roh
pelindung bagi rumah tangga. Tubuh anak-anak yang meninggal kalau dicuri
orang, dipercaya bahwa rohnya dapat dipergunakan oleh dukun untuk menjadi
pengikutnya dan bisa bahaya bagi orang banyak.
Begu ganjang atau roh atau begu
yang tinggi, adalah bentuk monster supranatural yang sangat sering disebutkan
dapat menimbulkan ketakutan bagi hati seorang dewasa Karo, baik sebagai orang
Karo modern yang memeluk agama Kristen atau Islam. Asal-usulnya dikatakan
adalah roh seorang leluhur yang diberikan kepada turunannya untuk dipergunakan
untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Baik pria, wanita maupun guru, bisa saja
memiliki banyak begu ganjang, sehingga setiap orang dapat memperoleh
satu begu ganjang, berdasarkan permohonan bagi seorang guru
dengan sajian dan doa. Begu ganjang itu akan menjadi seorang hamba
supranatural, sekaligus juga akan menjadi beban berat sehingga hanya sedikit
orang yang menginginkan bantuannya.
Seseorang dengan begu ganjang dikatakan
akan berjalan berbondongbondong karena beban yang mereka bawa. Monster
supranaturalnya dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dan bahkan dapat
membunuh dengan cekikan, dan sangat nyata dapat menyebabkan pingsan atau
kematian. Banyak pula kekuatan spiritual yang lain disebut sebagai begu,
misalnya, begu juma atau roh ladang dan begu pengulubalang
atau roh batu, yang pada mulanya merupakan roh pengorbanan manusia yang dibuat
di tempat itu yan akhirnya menjadi roh pelindung desa.
Salam : Kesain Rumah Derpih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar