BEGU ATAU TENDI? ( Betlehem Ketaren )


Ada orang yang mengatakan bahwa kehidupan begu adalah sama dengan kehidupan di dunia ini, meskipun ada juga orang yang mengatakan bahwa dunia begu adalah berjalan mundur, maju mundur, pekerjaan dilaksanakan di malam hari dan lain sebagainya. Seorang pencuri akan terus menjadi pencuri di dunia kematian dan seorang penjudi akan terus mengikuti penjudiannya. Begu pada jaman dahulu kala, umumnya tidak ditakuti oleh masyarakat Karo, akan tetapi dihormati.

Begu yang sangat penting adalah begu jabu atau rumah tangga, yang disebut dibata jabu atau dewa rumahtangga. Begu ini merupakan jenis roh dari kerabat terdekat yang meninggal secara tiba-tiba (si mate sada wari) atau seseorang yang meninggal dalam suatu hari tertentu baik oleh kecelakaan, pelanggaran, atau bunuh diri, akan tetapi bukan melalui perkembangan penyakit. Setelah acara ritus perumah begu, begu ini menjadi roh rumah tangga, atau dibata, yan melindungi keluarga mereka dari segala bentuk kekuatan dan penguruh  si jahat.
       
Begu jabu ngkelini jabuna”, artinya roh rumah (begu jabu) menyelamatkan rumahtangganya. Roh-roh atau dewa ini, dikatakan menghuni rumah tangga, dan sajian khusus disampaikan kepada mereka.

Perumah begu adalah suatu upacara yang dilakukan pada malam hari untuk memanggil roh orang yang sudah meninggal dunia dengan perantaraan dukun (guru sibaso). Karena sifat kematiannya yang berlangsung tiba-tiba, maka begu si mate sada wari adalah roh yang sangat kuat dan berbahaya. Apabila tidak ditangani secara tepat dalam acara ritus perumah begu, dapat menjadi ancaman besar bagi diri dan orang lain, yang mungkin akan mendapat tempat tinggal menetap. Orang yang diambil dari kehidupannya secara tiba-tiba, sekalipun tidak di-inginkannya, sehingga tidak ada persiapan untuk mati, maka orang tersebut mungkin menjadi roh liar (begu mentas), yang tidak menentu ke mana perginya dan bagaimana nasibnya kemudian. Setiap upaya yang tidak tepat untuk memasuki kembali roh jahat ke siklus kehidupan keluarganya yang masih hidup, akan menimbulkan penyakit dan kematian bagi mereka, sebab akan menimbulkan keterkejutan tiba-tiba bila bertemu dengan anggota keluarga baik di ladang atau di jalanan.

Penting sekali diketahui bahwa dalam acara ritus perumah begu, roh selalu direkonsiliasikan dengan nasibnya, dan dipakasa untuk menyadari statusnya yang baru dan cara yang tepat untuk bertindak terhadap keluarganya yang masih hidup, serta memberikan peluang untuk mengambil jarak dari keluarganya, mengindikasikan keinginannya yang terakhir dan menyelesaikan urusan yang belum selesai sesuai dengan keperluannya.

Jenis begu lainnya yang dikenal masyarakat Karo adalah meliputi begu Batara Guru, yakni roh anak yang baru lahir atau yang juga disebut begu perkakun jabu yakni roh pengaman dari rumahtangga. Roh tersebut juga memiliki potensi bahaya dan selama kita tidak belajar untuk berbicara tentang kehidupannya, maka tidak mungkin bagi kita mengkomunikasiakan kebutuhan dan keinginannya, demikian juga halnya dengan keluarga dan sanak familinya.

Kecermatan tinggi harus dilakukan pada penguburan tubuh seorang bayi karena guru (dukun) dapat menggunakan tubuh bayi untuk membuat obat atau pupuk yang selanjutnya dipercaya akan menimbulkan nasib sial bagi keluarga bayi itu atau orang lain.

 Begu yang dikenal sebagai Bicara Guru adalah merupakan roh seorang anak yang hanya hidup sebelum memotong gigi pertamanya. Apabila roh ini dipuja secara tepat, yang juga dikenal sebagai Batara Guru di dataran tinggi Tanah Karo, akan dapat menjadi roh pelindung  bagi rumah tangga. Tubuh anak-anak yang meninggal kalau dicuri orang, dipercaya bahwa rohnya dapat dipergunakan oleh dukun untuk menjadi pengikutnya dan bisa bahaya bagi orang banyak.

Begu ganjang atau  roh atau begu yang tinggi, adalah bentuk monster supranatural yang sangat sering disebutkan dapat menimbulkan ketakutan bagi hati seorang dewasa Karo, baik sebagai orang Karo modern yang memeluk agama Kristen atau Islam. Asal-usulnya dikatakan adalah roh seorang leluhur yang diberikan kepada turunannya untuk dipergunakan untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Baik pria, wanita maupun guru, bisa saja memiliki banyak begu ganjang, sehingga setiap orang dapat memperoleh satu begu ganjang, berdasarkan permohonan bagi seorang guru dengan sajian dan doa. Begu ganjang itu akan menjadi seorang hamba supranatural, sekaligus juga akan menjadi beban berat sehingga hanya sedikit orang yang menginginkan bantuannya.

Seseorang dengan begu ganjang dikatakan akan berjalan berbondongbondong karena beban yang mereka bawa. Monster supranaturalnya dipergunakan untuk melakukan kejahatan, dan bahkan dapat membunuh dengan cekikan, dan sangat nyata dapat menyebabkan pingsan atau kematian. Banyak pula kekuatan spiritual yang lain disebut sebagai begu, misalnya, begu juma atau roh ladang dan begu pengulubalang atau roh batu, yang pada mulanya merupakan roh pengorbanan manusia yang dibuat di tempat itu yan akhirnya menjadi roh pelindung desa.


Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



Recent Posts

Arsip Blog