Kitab Suci

Alkisah di sebuah desa di atas bukit, sudah bersiap-siap ribuan orang baik-baik dengan raut wajah tegang, membawa golok, clurit, linggis, kayu, dan yang tajam-tajam, malam-malam akan menyerbu sebuah desa yang banyak disebut-sebut, dituduh-tuduh sebagai hunian kaum candala; perampok, begal, pelacur, penjudi. 

Orang baik-baik yang jadi berani karena ribuan jumlahnya mau membabat habis kaum candala dan membakar desanya, untuk mencari siapa pemerkosa kembang desa orang baik-baik. Meski para orang baik-baik ini tidak yakin apakah pemerkosanya datang dari desa kaum candala atau tidak. Yang diperkosa, Mirah, pun hanya memaku, tidak mampu, trauma, atau lebih tepatnya takut mengungkap siapakah orang bejat yang melakukannya. Tapi lurah desa baik-baik yakin jika pelakunya adalah orang-orang dari desa kaum candala. Sang Lurah pun mengajak-ajak, menyeru-nyeru lurah dari desa baik-baik lainnya untuk bergabung dengannya, untuk menyerbu desa kaum candala.

Sementara kaum candala yang hanya ratusan jumlahnya, dengan tenang menanti, memegang senjata seadanya, seolah kematian yang akan dihadapinya itu seperti sebuah resiko harian, rutin, tiap waktu. Mereka tidak takut ketika ratusan harus menghadapi ribuan. Mereka tidak takut meski selama ini dituding, ya dituding, sebagai kaum candala, kaum tidak baik.

##############

Dalam cerita pendek “Pring Re-ke-teg Gunung Gamping Ambrol” karya Seno Gumira Ajidarma di atas, memang selintas hanya menggambarkan kemarahan warga desa yang dihuni orang-orang baik terhadap orang-orang tidak baik. Dan Entah bagaimana akhir kisah pertempuran akibat kemarahan itu, siapa yang menang siapa yang kalah, karena memang Seno tidak menceritakan bagaimana akhir kisahnya.

Namun yang menarik adalah penekanan Seno pada istilah Orang Baik-Baik. Kalau kita mau bertanya, apa sebenarnya definisi orang baik-baik? Apakah orang baik-baik itu adalah yang tidak pernah melakukan hal yang tidak baik? Lalu apa hal yang baik-baik itu? Siapa yang menentukan? Apa rumusan? Adakah Tafsir?

Sejak abad pertengahan kebenaran dan kebaikan sudah pasti diukur dengan nilai-nilai reliji. Nilai-nilai agama menjadi patokan dan menentukan apakah seseorang bertindak benar atau tidak benar, baik atau tidak baik. Nilai-nilai yang dicantumkan dalam Kitab Suci.

##############

Di Indonesia, akhir-akhir ini ramai diberitakan, diperbincangkan, sebuah kasus korupsi tentang pengadaan kitab suci. Semua orang yang menonton televisi, membaca koran, mendengar radio tentang kasus korupsi itu seolah terhenyak mengelus dada. Kitab Suci pun dikorupsi?!!!

Komisi pemberantasan korupsi telah menetapkan tersangkanya. Tersangkanya adalah anggota dpr dari komisi yang mengurusi agama. Komisi keagamaan. Komisi Keagamaan tentu berpartner dengan Kementrian Agama. 2 lembaga yang tentunya diisi oleh orang-orang yang mengerti agama. Orang-orang yang tentu bukan asal orang yang terpilih sebagai anggota dpr, orang-orang yang tentu bukan sekedar orang yang terpilih menjadi pegawai negeri biasa, tetapi orang-orang yang layak dipercaya mengurusi urusan-urusan terkait keagamaan. Selain kapabel, tentulah moral mereka yang tinggi.

Tetapi apa mau dikata, salah satu dari mereka, yang biasa disebut oknum, sudah jadi tersangka oleh kpk. Tersangka korupsi pengadaan Kitab Suci. Sesuatu yang Suci diadakan dengan cara-cara yang tidak suci oleh orang-orang yang seharusnya dekat dengan arti suci. Sebuah Ironi.

Nasib Kitab Suci yang diperlakukan dengan tidak suci sebenarnya beberapa kali sudah terlihat di negeri ini. Korupsi juga bentuknya. Korupsi tafsir tepatnya. Betapa dengan mudah mengatas-namakan ayat-ayat kitab suci lalu beramai-ramai membubarkan aksi damai, menjadi merasa paling betul lalu memukul, merasa jadi orang baik sambil menghunus badik. Dengan korupsi tafsir kitab suci itulah mereka justru berlawanan dengan nilai-nilai sesungguhnya dalam kitab suci.

##############

Di akhir cerita ”Pring Re-ke-teg Gunung Gamping Ambrol”, Seno mengungkap tabir siapa pemerkosa Mirah sang kembang desa orang baik-baik.

Saat ribuan orang baik-baik dengan seluruh senjata tajamnya berlari-lari kesetanan menyerbu desa kaum candala, saat darah akan tumpah ruah karena pertempuran, Mirah yang merasa terlambat akhirnya memberanikan diri dan mengungkap, bahwa anak pak Lurah desa orang baik-baiklah yang telah memperkosanya.

- salam -

Salam : Kesain Rumah Derpih
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



Recent Posts

Arsip Blog