Kali ini saya
ingin membahas profesi, atau jenis pekerjaan tradisional yang ditekuni oleh
masyarakat Karo, walau sebenarnya saya juga kurang mengenal dan mengetahui
mengenai masalah ini sampai saya membaca sebuah artikel di internet. Inilah
beberapa profesi tradisiona orang Karo
yang saya dapatkan :
ü
Perlanja Sira : Di zaman dulu karena letak tanah Karo di dataran tinggi yang jauh
dari pantai Timur dan pantai barat Sumatera, sangatlah susah untuk mendapatkan
garam yang merupakan kebutuhan penting. Dalam banyak cerita tradisi lisan Karo,
perlanja sira banyak di sebut-sebut. Profesi ini harus membawa garam dengan
memikul dari kampung – kampung melayu di pesisir timur sumatera (sekitar
hamparan perak dan deli tua) , berjalan melewati hutan lebat di bukit barisan
mengahadapi resiko diserang binatang buas dan di rampok (karena garam adalah
barang mewah saat itu). Untuk mencapai tanah Karo melalui jalan di lereng bukit
barisan biasanya makan waktu 4 hari jalan kaki. Cerita perlanja sira biasanya
diajarkan sebagai pengajaran akan kebijakan, kegigihan, kesabaran, sopan santun
dan tolong menolong. (Profesi ini sudah punah sejak tahun 1940an karena Belanda
membangun jalan yang bisa dilalui oleh moda transportasi tradisional dan modern
dan semakin berkembangnya transportasi.
ü
Dukun Patah : Profesi ini masih banyak di Tanah Karo. Dukun patah biasanya dari
Kampung Pergendangen. Dukun patah yang paling terkenal adalah Gurusinga
(dikenal juga di Jakarta) dan Pergendangen. Dukun patah biasanya mempunyai
ramuan minyak urut rahasia yang dibuat sendiri dan diwariskan turun temurun.
ü
Pande Besi : Ialah orang yang mempunyai keahlian membuat berbagai macam alat dari
besi/logam, berupa senjata, alat – alat dapur dan terutama alat – alat
pertanian. Masih ada di beberapa kampung, yang saya pernah saya dengar ada di
desa Ujung Bawang.
ü
Pande Emas : Ialah Orang yang ahli membuat perhiasan dari emas, dengan bebagai
macam jenis ukiran dan keahlian yang berbed-beda. Yang paling terkenal adalah
Milala.
ü
Pande Rumah / Tukang : bangunan mempunyai keahlian mendirikan rumah adat dan rumah biasa.
Sekarang yang punya keahlian mendirikan rumah adat tidak ada lagi, suatu
kehilangan yang menunjukkan ketidakpedulian kita pada regenerasi ilmu.
ü
Pande Gamber : Keahliannya membuat gamber (gambir) untuk campuran makan sirih.
ü
Pande mayang : Profesinya membuat mayang untuk campuran makan sirih.
ü
Pande mbako : Profesinya membuat mbako (tembakau) untuk campuran makan sirih dan
rokok, masih ada di beberapa kampung seperti di Kempawa.
ü
Perjuma-juma : Petani yang memiliki kebun/ladang/sawah, adalah profesi umum.
ü
Perminak-minak : Profesi ini juga masih ada, membuat minyak urut atau minyak meseng
(terbakar), minyak gelanggang (untuk menguatkan otot – otot ), dari ramuan
rahasia yang diwariskan turun temurun. Perminak-minak membuat minyak dan menjualnya
tanpa menjadi dukun.
ü
Pertawar-tawar : Profesi ini juga masih ada sampai sekarang, pertawar-tawar membuat
tawar (obat dalam bentuk jamu/kuning) untuk menambah nafsu makan, nafsu sex,
mengobati penyakit dalam, mengobati keracunan. Pertawar-tawar biasanya tidak
membuat minyak, tapi ada juga yang membuat minyak (merangkap perminak-minak).
ü
Perkolong-kolong : Orang yang mempunyai bakat dan keahlian menyanyikan lagu-lagu
tradisional karo dan menari dengan baik dan benar. Perkolong-kolong biasanya
mengisi acara – acara adat Karo, bersama dengan rombongan gendang/penggual
(group musik tradisional).
ü
Penggual : Adalah sebutan kepada keseluruhan pemain musik tradisional Karo yang
terdiri dari beberapa pemain alat musik tradisional Karo seperti perkulcapi
(pada kecapi tradisional), penarune (suling tradisional), pergung (pada gong
besar dan kecil), profesi ini masih ada, namun dikhawatirkan regenerasinya,
karena generasi muda malas bersentuhan dengan musik tradisional seperti ini,
apalagi sejak dipakainya Keyboard secara umum.
ü
Perengge-rengge : Dulu tidak setiap desa/kampung punya pasar/pekan dan belum mengenal
warung. Pasar/pecan yang ada pun hanya buka sekali seminggu, dan saat itulah
penduduk dari berbagai kampung berkumpul untuk bertransaksi. untuk membeli
kebutuhan pokok dan lainnya penduduk desa harus berangkat ke kampung yang
mempunyai pasar/pecan. Perengge-rengge adalah pedagang yang yang selalu
berkeliling dari pasar/pekan ke pasar/pecan lainnya. Perengge-rengge biasanya
adalah wanita, karena zaman dulu pria sama sekali tidak bekerja, semuanya
dikerjakan oleh wanita. Kalau hari selasa perengge-rengge akan ke Tigabinanga
karena pasar di Tigabinanga diadakan tiap hari selasa, rabu dia ke berastagi,
kamis dia ke kabanjahe, jumat dia ke Lau Baleng, sabtu dia ke Pancurbatu.
Sekarang sebutan perengge-rengge diberikan kepada pedagang wanita di pasar2
tradisional, walaupun mereka tidak berpindah-pindah pasar lagi.
ü
Perbinaga : Pedagang yang hanya berjualan di satu pasar/pekan, dan tidak
berpindah-pindah seperti perengge-rengge.
ü
Perkede : Orang Karo adalah orang yang menikmati hidup dan demokratis, rasanya
hampir semua pria di tanah Karo pasti menikmati berbincang-bincang, bermain
catur, dadu, dan banyak jenis judi (yang memang secara tradidional dikenal dari
zaman dulu) di kede/warkop. Sejak dulu kalak karo mengenal warkop/kede sebagai
tempat berkumpul, seperti di sinetron berlatar zaman dulu. Perkede adalah
sebutan untuk yang empunya kede atau orang yang melayani di kedai.
ü
Permakan : Orang yang pekerjaannya menggembalakan kerbau, lembu, kambing dan
biri-biri.
ü
Permanuk-manuk : Orang yang pekerjaannya memelihara ayam dan itik.
ü
Perburu Orang yang pekerjaannya
berburu di hutan, yang biasanya diburu adalah rusa, kancil, ayam hutan, burung,
wili (babi hutan), bengkala (monyet), dll.
ü
Perbarung : Orang yang pekerjaannya menunggui ladang/kebun untuk menjaga tanaman
agar tidak diambil/dipanen orang lain.
ü
Guru sibaso : Profesi ini masih ada. Seiring dengan perkembangan agama semua
profesi guru drastic berkurang karena konotasinya magis. Biasanya mereka tidak
mau dipanggil guru seperti dulu yang merupakan panggilan kehormatan seperti
halnya panggilan “dokter”.
ü
Guru si niktik wari : Dukun yang bisa mengetahui hari baik dan hari buruk, tanda
kelahiran, perjodohan berdasarkan hari kelahiran (berdasarkan kalender karo)
dan nama, dll. Zaman dulu untuk mengadakan acara adat wajib bertanya pada guru
si niktik wari ini, sekarang juga masih ada yang percaya. Profesi ini masih
ada.
ü
Guru ndikkar : Orang yang memiliki keahlian bela diri ndikkar Karo, zaman dulu
biasanya profesi ini menjadi pengawal pengulu/sibayak di Tanah Karo. Guru
Setiap kampung di tanah Karo pasti memiliki dukun yang bisa mengobati berbagai
macam penyakit berdasarkan keahliannya masing2. mereka biasanya menggunakan
minyak urut dan atau tawar yang dibuat sendiri yang ramuannya diambil dari
hutan kampung. Guru ini mungkin seperti dokter umum kalau dalam pengobatan
modern sekarang, sementara guru siniktik wari dan guru sibaso itu dokter
spesialis.
ü
Guru mbelin (Guru besar) : Dukun Karo zaman sekarang biasanya tidak mau di panggil dengan
sebutan Guru Mbelin, karena profesi ini berkonotasi negative. Zaman dulu
sebutan guru mbelin bisa membuat orang bergidik karena ia dipercaya punya
kesaktian yang lebih dari guru lainnya.
Sebenarnya
masih banyak profesi yang digeluti oleh masyarakat karo tradisional, namun yang
saya dapat kan baru ini saja, bagi teman-teman yang tau selain yang diatas dan
bila ada kesalahan mohon di beri tahukan.
Bujur
ras mejuah-juah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar